Perang Saudi-Hasyimiyah Kedua adalah sebuah kampanye militer yang dikobarkan oleh Sultan Abdul Aziz Bin Saud dari Saudi untuk menaklukan Kerajaan Hijaz pada tahun 1924-1925.
Perang tersebut dimulai dengan ketegangan dan konflik sejak tahun 1919. Konflik tersebut berujung pada integrasi wilayah Hijaz, termasuk kota suci Mekkah dan Madinah ke dalam kekuasaan Kesultanan Nedj.
Saat itu para peziarah dari Najd tidak diizinkan untuk mengunjungi tempat-tempat suci di Hijaz. Kemudian pada 29 Agustus 1924, Sultan Abdul Aziz Bin Saud melancarakan kampanye militernya untuk melawan Hijaz.
Para militer bergerak menyerang Taif yang menyerah tanpa perlawanan. Taif merupakan kota sebagai pusat area agrikultur yang terkenal akan anggur dan madunya.
Dengan jatuhnya Taif, pasukan Saudi dan sekutu kemudian bergerak menuju Mekkah. Syarif Husain berusaha meminta bantuan dari Inggris. Namun ushaanya ditolak, karena Inggris tidak ingin mencampuri persoalan internal Muslim.
Sementara itu, Raja Hussein bin Ali melarikan diri dari Mekkah dan Jeddah, setelah menolak bantuan yang putranya ajukan, yaitu Raja Abdullah dari Transyordan. Saat itulah kota Mekkah jatuh tanpa perlawanan, pada 13 Oktober 1924.
Setelah itu, konferensi Islam diadakan di Riyadh pada 29 Oktober 1924 yang kemudian mengkukuhkan pengakuan dunia Islam atas kekuasaan Bin Saud terhadap Mekkah. Kuatnya pasukan Saudi di Jeddah, berhasil membuat pasukan Hijaz mulai kalah. Sehingga pada 9 Desember 1925, Kota Madinah menyerah dan 12 hari kemudian Yanbu jatuh.
Karena kekalahan tersebut, Jedah kemudian diserahkan kepada Sultan Abdul Aziz Bin Saud dari Nadj pada Desember 1925. Pada 8 Januari 1926 pasukan Saudi mulai memasuki gerbang setelah perjanjian damaid dan negosiasi antara Raja bin Ali, Sultan Abdulaziz, Konsul Inggris, dan Wali kota Jeddah Sheikh Abdullah Alireza dilaksanakan. (Hastina/R)