Ngajihukum.com - Seorang hakim di Albania, Astrit Kalaja, dibunuh dalam serangan bersenjata yang terjadi di tengah persidangan di Pengadilan Banding di Tirana. Kejadian tragis ini mengejutkan banyak pihak, khususnya di kalangan sistem peradilan dan masyarakat umum. Menurut laporan, hakim Kalaja meninggal dunia saat dalam perjalanan menuju rumah sakit akibat luka tembak yang dideritanya. Selain itu, dua orang lainnya yang terlibat dalam persidangan—seorang ayah dan anak—juga terluka, namun tidak dalam kondisi kritis.
Polisi setempat menangkap seorang pria berusia 30 tahun, yang diidentifikasi dengan inisial “E Sh”, dengan media Albania melaporkan nama tersangka sebagai Elvis Shkëmbi. Tersangka dilaporkan melepaskan tembakan setelah merasa akan kalah dalam kasus sengketa properti yang sedang diputuskan. Selain itu, pihak berwenang juga menangkap paman dari Shkëmbi dan petugas keamanan pengadilan yang diduga terlibat dalam insiden tersebut.
Dalam pernyataan resmi, Perdana Menteri Albania, Edi Rama, mengungkapkan belasungkawa mendalam kepada keluarga hakim Kalaja. Ia juga menekankan perlunya meningkatkan keamanan di pengadilan dan menerapkan hukuman yang lebih ketat bagi pemilik senjata ilegal. Rama menegaskan, “Agresi kriminal terhadap hakim tersebut tidak diragukan lagi membutuhkan tanggapan hukum yang paling ekstrem terhadap pelakunya.”
Meskipun serangan bersenjata di ruang sidang tergolong jarang terjadi, kejadian-kejadian sebelumnya menunjukkan bahwa dunia peradilan tidak sepenuhnya bebas dari ancaman kekerasan. Contohnya, satu dekade lalu, seorang hakim di Milan ditembak mati oleh terdakwa kasus kebangkrutan. Insiden ini menjadi pengingat pahit mengenai risiko yang dihadapi oleh para penegak hukum saat menjalankan tugas mereka.
Di Albania, situasi keamanan terkait senjata api perlu diwaspadai, mengingat laporan terbaru dari pemantau regional yang didukung PBB menunjukkan bahwa Albania mencatatkan jumlah insiden senjata api paling tinggi terkait sengketa publik. Dalam enam bulan pertama tahun ini, terdapat 43 kasus di mana senjata api terlibat, dari total 213 insiden yang dilaporkan. Meskipun jumlah tersebut menurun dibanding tahun lalu, insiden semacam ini menunjukkan perlunya perhatian yang lebih dalam mengenai keamanan publik dan perlindungan bagi para hakim.
Hakim Kalaja sendiri memiliki lebih dari 30 tahun pengalaman sebagai pengacara dan telah berkarir di berbagai tingkat peradilan sebelum diangkat menjadi hakim di Pengadilan Banding Tirana pada tahun 2019. Pengalamannya yang luas di dunia hukum menggarisbawahi pentingnya perlindungan terhadap para profesional yang bekerja dalam sistem peradilan.
Dalam konteks yang lebih luas, kejadian ini memicu perdebatan mengenai reformasi sistem hukum di Albania, terutama dalam hal perlindungan terhadap individu yang berada di garis depan penegakan hukum. Banyak yang mendukung perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem peradilan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Pihak berwenang dan masyarakat sipil perlu berkolaborasi untuk memastikan bahwa insiden kekerasan seperti ini tidak terulang kembali. Upaya untuk memperkuat sistem perlindungan bagi hakim, serta pengawasan ketat terhadap kepemilikan senjata, diperlukan guna menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua pihak yang terlibat dalam proses peradilan di Albania.
Keputusan dan penanganan yang tepat dari pihak yang berwenang saat ini menjadi sangat penting untuk menanamkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum. Masyarakat menantikan langkah konkret dari pemerintah dan lembaga terkait dalam upaya menciptakan suasana yang lebih aman dan mendukung bagi pelaksanaan keadilan di negara ini.